Smiling just like Merlion does |
Kecendrungannya, para mahasiswa mengunjugi negara-negara yang dianggap menarik dan representatif dengan objek observasi. Seperti negara-negara yang ada di kawasan Eropa diantaranya, Belanda, Prancis, Jerman, Itali, dan Swiss. Slain itu ada juga yang mengunjungi negara-negara Asia Tenggara seperti Thailand dan Singapura. Di bagian selatan juga tak ketinggalan negara Kangguru, Australia. Bahkan lingkungan domestik seperti Bali, Jakarta dan Pare. Penentuan kawasan yang dituju sesuai dengan kesepakaan para praktikan, yang sesuai dengan tema yang diangkat dan tentu juga yang sesuai dengan kantong mereka sendiri (dalam hal ini tentunya kemampuan finansial orang tua). Setiap tahunnya, negara ataupun kawasan yang dituju bisa saja berbeda-beda.
Pusat Informasi di Jalan Orchard |
Hal yang menjadi objek observasi saya dan teman-teman di Singapura terkait dengan tema yang diangkat adalah Keradaan Kopitiam dan Orchard Road di Singapura. Jelasnya kami terbagi ke dalam dua kelompok dari total 21 orang yang berangkat. Berhubung saya masuk ke dalam kelompok yang mengobservasi menganai Orchard Road, maka saya akan lebih banyak bercerita tentang Orchard. Selain itu, sedikit pandangan saya terhadap beberapa kawasan di Singapura.
Orchard Road, kawasan yang linear ini tentu tidak asing lagi bagi sebagian besar masyarakat dunia terutama yang suka berbelanja mengikuti trend hidup ala kapitalis. Yaa, suatu kawasan yang penuh dengan mall-mall super mewah dengan produk-produk branded yang telah dikenal secara global. Tak ayal, tentu dengan harga yang tidak semua orang mampu membelinya. Saya dan teman-teman juga hanya ngimpi bisa belanja di sana. Alhasil, yaa kita hanya observasi tanpa belanja, unless menemukan toko yang memberikan super sale, dan tentunya barang yang tidak highly branded.
Hal yang menarik bagi saya, dan mungkin juga teman-teman yang mengobservasi orchard, adalah bagaimana pemerintah Singapore mengoptimalkan wilayahnya yang tak lebih dari 711 km persegi tersebut menjadi wilayah yang sangat menarik dan ramai dikunjungi oleh para wisatawan dunia. Walaupun secara geoekonomi, Singapura terletak di posisi silang, yang merupakan wilayah transit transportasi dunia, antar barat dan timur, utara dan selatan. Namun kondisi ini tidak akan menjadi as good as what they have now tanpa membangun fasilitas pariwisata yang memadai.
Sarana publik yang nyaman |
Menilik kepada sejarah, Singapura memang terletak di kawasan Malaka yang merupakan pusat berlabuhnya para pedagang-pedagang dan kolonial dari kawasan Eropa, Timur Tengah, dan Asia Selatan. sehingga saat itu, Singapura menjadi bagian dari Malaysia yang ramai di kunjungi oleh para pelayar dan pedagang. Namun saat ini, justru "kenyamanan" belanja yang disediakan oleh pemerintah Singapura lah yang menjadi daya tarik tersendiri dan dilihat lebih efektif.
Lihat saja Changi Internasional Airport, bandar udara ini berhasil dibangun menjadi bandara terbaik di dunia berdasarkan survei yang dilakukan oleh Skytrax World Airport (Kompas.com). Fasilitas yang disediakan memang luar biasa, mulai dari toilet, inter-faith praying room, taman, tempat bermain, FO, hingga pameran elektronik. I bet you it looks much better then Indonesia's malls.
Salah satu sudut Orchad malam hari |
Di sini kita melihat beberapa kebijakan pemerintah Singapura dalam mendukung pengembangan negaranya menjadi pusat wisata berbelanja dunia. Lebih jauh dalam studi ini, ini disebut sebagai kebijakan lokal yang kemudian akan terintegrasi dengan nilai-nilai globalisasi.
salah satu underpass orchard |
Globalisasi di sini bisa diartikan sebagai pola perpindahan masyarakat yang sangat cepat dari daerah pedesaan dan gaya hidup pedesaan ke perkotaan dengan gaya hidup kita dan lebih dekat dengan global fashion, foods, markets dan entertainment trends (Friedmen: 1999). Kecerdikan pemerintahan Singapura membaca perkembangan globalisasi dan bergesernya gaya hidup masyarakat internasional menjadi kesempatan yang bisa menjadikan Singapura sebagai negara dengan perkembangan infrastruktur dan ekonomi tercepat di Asia Tenggara.
Salah satu alasan utama banyaknya para wisatawan yang datang berbelanja adalah karena harganya yang murah. Yaa, bagi mereka yang berasal dari dataran Eropa dan Amerika Utara tentu bisa berkata "murah" karena kurs mereka yang tinggi. In fact, negara-negara di kawasan tersebut juga memiliki GDP yang tinggi. Seperti wawarancara singkat dengan Alex dan Susane dari Swiss, harga di Singapura terhitung lebih murah dibanding dengan negara mereka. Para wisatawan yang datang ke Singapura kebanyakan hanya untuk singgah beberapa hari setelah menyelasaikan urusannya di negara-negara yang bertransit penerbangan di Singapura dan tentunya sambil belanja barang-barang yang mereka inginkan. Lain halnya dengan kita yang datang ke sana, atau mungkin sebagian besara masyarakat Indonesia yang datang ke Singapura. Ke Singapura memang dengan tujuan liburan, rehat dari berbagai macam aktifitas kerja dan mungkin kuliah. Namun saya masih menyangsikan sebagian besar dari mereka datang untuk shopping dan mampu membeli tas dengan harga S$ 5.000 or Higher. Instead, kita hanya mencari FO-FO yang memberi sale gede-gedean, yang penting belanjanya di Singapura, Who cares.
Dekat dengan kenyataan |
Namun produk-produk yang mampu dijangkau oleh masyarakat menengah, sangat banyak memberikan diskon-diskon yang menggiurkan. Let's see, Giordano, yeah, most of us bought hell bunch of Giordanos, Rubi shoes, Cotton On, Levi's, Lacoste, GAP dan banyak lagi. Biasanya produk-produk ini lah yang rame di serbu oleh masyarakat kita. Cewe-Cewe mungkin ga bakal lupa Charles & Keith yang menurut pengamatan saya harganya masih masuk diakal namun masih cukup punya gengsi. In fact, saya melihat sekelompok orang Indonesia yang berfoto di depan Outlet LV ION dan semuanya membawa Charles & Keith, bloody hell.
Bersambung,,,,
No comments:
Post a Comment