Monday, December 13, 2010

AIDS: Senjata pemusnah massal

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi berkembang peseat seiring dengan terjadi fenomena globalisasi. Fenomena ini juga terjadi beringan dengan teknologi-teknologi lain seperti di bidang militer, kesehatan, pertanian dan lain sebagainya. Sehingga tidak sedikit juga lahan kerja manusia diambil alih oleh keberadaan teknologi. Banyak perusahaan dan industri yang kemudian memberdayakan robot karena dianggap dapat mengurangi biaya produksi.

Memang banyak dampak positif yang diterima oleh manusia dengan ditemukannya berbagai inovasi yang dapat membantu pemenuhan berbagai kebutuhan manusia. Namun, perlu diperhatikan juga bahwa tidak sedikit teknologi yang digunakan untuk hal-hal yang justru mengancam keamanan manusia itu sendiri. Oleh pihak-pihak tertentu dengan tujuan untuk mencapai kepentingannya sendiri. Seperti yang marak terjadi sekarang ini pencurian uang yang dilakukan melalui dunia maya dengan meng-hack berbagai account yang dituju.

Perang yang tidak berujung yang menghancurkan suatu negara dan membunuh jutaan manusia seperti yang terjadi di Irak adalah dengan alasan adanya kepemilikan akan senjata pemusnah massal oleh Irak yang lebih dikenal dengan weapon mass destructions (WMD). Walaupun tidak bisa dibuktikan keberadaannya, namun perang tersebut berhasil didalihkan dengan adanya teknologi yang digunakan untuk memusnahkan manusia-manusia tertentu. Sebaliknya, salah satu senjata pemusnah massal yang menghantui umat manusia saat ini justru tidak terlihat deperangi secara serius. Adalah AIDS, salah satu virus yang diciptakan oleh manusia yang dikenal dengan club of rome yang bertujuan untuk mengurangi jumlah penduduk bumi yang semakin crowded.
 
Diketahuinya tentang keberadaan virus ini adalah dari buku yang diterbitkan oleh club of rome yang berjudul the limits to growth. Buku ini membahas mengenai semakin berkurangnya sumber daya alam yang ada di bumi yang dikarenakan oleh semakin meningkatnya populasi bumi. Tulisan ini kemudian membawa kepada suatu indikasi bahwa club of rome telah menciptakan suatu virus yang dapat digunakan untuk membunuh manusia secara perlahan dengan menyarang sistem imun manusia. Virus ini kemudian dikenal dengan virus AIDS.

Sasara pemusnahan penduduk bumi di sini adalah terhadap mereka yang dianggap “tidak layak” untuk hidup. Diantaranya adalah masyarakat kulit hitam, kaum hispanik dan kaum homoseksual. Di benua afrika yang notabenenya merupakan benua dengan ras berkulit hitam terbesar di dunia, Virus AIDS disebarkan melalui vaksin cacar tahun 1977, penduduk Amerika Serikat terinfeksi tahun 1978 melalui vaksin Hepatitis B di pusat kontrol penyakti dan Bank Darah New York.
 
Bukti penting yang ditemukan orang-orang yang meneliti bahwa AIDS merupakan virus yang sengaja diciptakan adalah berkas catatan hasil penelitian; Progress Report AIDS tahun 1971. Indikasi ini mengabarkan langkah terkoordir melalui lebih dari 20.000 dokumen paper scientifik dan penelitian yang dilakukan selama 15 tahun oleh program federal untuk mengembangbiakkan virus yang identik dengan epidemologi AIDS.
 
Dokumentasi yang dipubilikasikan oleh freedom of information act menunjukkan fakta-fakta biadab bahwa masyarakat-masyarakat yang dianggap tidak layak untuk hidup dijadikan “kelinci percobaan” oleh Amerika Serikat selama lebih dari 70 tahun.
 
Seiring dengan perkembangannya, penyebaran virus AIDS di wilayah barat masih bisa dikendalikan. Namun tidak demikinan dengan Benua Afrika. Fakta menunjukkan virus ganas ini mengepidemi dan berkembang pesat melintasi Benua Afrika. Seorang pengurus Klub Roma menjelaskan bahwa buku the limits to growth secara keliru dipahami sebagai sebuah dokumen curang yang direkayasa. Setelah faktanya terungkap dia berkilah bahwa jutaan manusia telah mati akibat virus AIDS selama 25 tahun terakhir dan lebih dari 70 persen nya berasal dari epidemi AIDS yang terjadi di Afrika.

Disamping banyaknya dampak positif yang diberikan oleh inovasi-inovasi yang terjadi dalam bidang teknologi, namun tidak sedikit juga kejahatan yang dibantu oleh teknolgi. Sebagai pegguna dan pengonsumsi teknologi, sebaiknya kita lebih arif dan bijak dalam menggunakan teknologi yang ada. Karena berbagai bentuk tindakan negatif dapat dengan mudah dilancarkan dengan bantuan teknologi.

Refrensi:
Bradley, Michael. 2005. Secret Societies; 21 organisasi perusak dunia. Jakarta: Rajut Publishing

Sunday, December 5, 2010

Bukan Jalan-Jalan biasa, mengintip Singa yang pura-pura

Smiling just like Merlion does
Praktikum profesi yang merupakan salah satu kredit wajib dalam menyelesaikan studi hubungan internasional di Universitas Padjadjaran. Kegiatan ini biasanya diformat untuk mengunjungi suata tempat baik desa, kota, tempat wisata ataupun negara lain dengan tema yang telah ditentukan oleh pihak jurusan. SKS ini diposisikan di semester tujuh di mana para penstudi dianggap telah mampu mengaplikasikan salah satu atau berbagai teori dan konsep yang diberikan di kelas. Di sisi lain kegiatan ini juga dimanfaatkan sebagai kegiatan "liburan"yang penuh dengan kegiatan observasi atas satu dan berbagai fenomena di tempat tujuan.

Kecendrungannya, para mahasiswa mengunjugi negara-negara yang dianggap menarik dan representatif  dengan objek observasi. Seperti negara-negara yang ada di kawasan Eropa diantaranya, Belanda, Prancis, Jerman, Itali, dan Swiss. Slain itu ada juga yang mengunjungi negara-negara Asia Tenggara seperti Thailand dan Singapura. Di bagian selatan juga tak ketinggalan negara Kangguru, Australia. Bahkan lingkungan domestik seperti Bali, Jakarta dan Pare. Penentuan kawasan yang dituju sesuai dengan kesepakaan para praktikan, yang sesuai dengan tema yang diangkat dan tentu juga yang sesuai dengan kantong mereka sendiri (dalam hal ini tentunya kemampuan finansial orang tua). Setiap tahunnya, negara ataupun kawasan yang dituju bisa saja berbeda-beda.


Pusat Informasi di Jalan Orchard
Dalam kesempatan praktikum yang sekali selama masa kuliah ini, saya dan beberapa teman mengunjungi negara Singapura sebagai wialayah untuk melakukan observasi. Tema yang diangkat tahun ini oleh tim dosen pembimbing adalah Glokalisasi dalam frase Think globally, act locally. Singkatanya, glokaliasasi merupakan suatu proses yang melokalkan nilai-nilai global. Kondisi ini bersifat top down. Sebagai feedback dari globalisasi di mana terjadinya proses pengglobalan dari nilai-nilai lokal. Jadi globalisasi dan glokalisasi dapat dikatakan sebagai fenomena yang terjadi secara beriringan dalam suatu cycle. Konteksnya, Globalisasi dan Lokalisasi terjadi beriringan dan menimbulakn efek glokalisasi.

Hal yang menjadi objek observasi saya dan teman-teman di Singapura terkait dengan tema yang diangkat adalah Keradaan Kopitiam dan Orchard Road di Singapura. Jelasnya kami terbagi ke dalam dua kelompok dari total 21 orang yang berangkat. Berhubung saya masuk ke dalam kelompok yang mengobservasi menganai Orchard Road, maka saya akan lebih banyak bercerita tentang Orchard. Selain itu, sedikit pandangan saya terhadap beberapa kawasan di Singapura.

Orchard Road, kawasan yang linear ini tentu tidak asing lagi bagi sebagian besar masyarakat dunia terutama yang suka berbelanja mengikuti trend hidup ala kapitalis. Yaa, suatu kawasan yang penuh dengan mall-mall super mewah dengan produk-produk branded yang telah dikenal secara global. Tak ayal, tentu dengan harga yang tidak semua orang mampu membelinya. Saya dan teman-teman juga hanya ngimpi bisa belanja di sana. Alhasil, yaa kita hanya observasi tanpa belanja, unless menemukan toko yang memberikan super sale, dan tentunya barang yang tidak highly branded.

Hal yang menarik bagi saya, dan mungkin juga teman-teman yang mengobservasi orchard, adalah bagaimana pemerintah Singapore mengoptimalkan wilayahnya yang tak lebih dari 711 km persegi tersebut menjadi wilayah yang sangat menarik dan ramai dikunjungi oleh para wisatawan dunia. Walaupun secara geoekonomi, Singapura terletak di posisi silang, yang merupakan wilayah transit transportasi dunia, antar barat dan timur, utara dan selatan. Namun kondisi ini tidak akan menjadi as good as what  they have now tanpa membangun fasilitas pariwisata yang memadai.
Sarana publik yang nyaman

Menilik kepada sejarah, Singapura memang terletak di kawasan Malaka yang merupakan pusat berlabuhnya para pedagang-pedagang dan kolonial dari kawasan Eropa, Timur Tengah, dan Asia Selatan. sehingga saat itu, Singapura menjadi bagian dari Malaysia yang ramai di kunjungi oleh para pelayar dan pedagang. Namun saat ini, justru "kenyamanan" belanja yang disediakan oleh pemerintah Singapura lah yang menjadi daya tarik tersendiri dan dilihat lebih efektif.

Lihat saja Changi Internasional Airport, bandar udara ini berhasil dibangun menjadi bandara terbaik di dunia berdasarkan survei yang dilakukan oleh Skytrax World Airport (Kompas.com). Fasilitas yang disediakan memang luar biasa, mulai dari toilet, inter-faith praying room, taman, tempat bermain, FO, hingga pameran elektronik. I bet you it looks much better then Indonesia's malls.

Salah satu sudut Orchad malam hari
Kembali ke Orchard, banyak hal yang menjadi daya tarik orchard bagi para konsumen untuk datang dan belanja di Orchard.  Selain porduk-produk yang yang bersifat global dan branded, fasilitas yang memanjakan para konsumen juga sangat memadai. Pedestrian yang nyaman, area yag bersih dan ditutupi oleh pepohonan yang menyejukkan, tersedianya underpass yang menghubungkan antara satu mall dengan mall lainnya, money changer is like everywhere, directions dan visitor  \infromations centre yang memadai, ATM's, Banks, MRT yang memudahkan akses dan mobilitas para konsumen menuju suatu tempat tertentu, dan tak kalah krusial adalah banyaknya diskon dan low tax hingga free tax atas produk- produk yang dijual di Orchard.

Di sini kita melihat beberapa kebijakan pemerintah Singapura dalam mendukung pengembangan negaranya menjadi pusat wisata berbelanja dunia. Lebih jauh dalam studi ini, ini disebut sebagai kebijakan lokal yang kemudian akan terintegrasi dengan nilai-nilai globalisasi.
salah satu underpass orchard

Globalisasi di sini bisa diartikan sebagai  pola perpindahan masyarakat yang sangat cepat dari daerah pedesaan dan gaya  hidup pedesaan ke perkotaan dengan gaya hidup kita dan lebih dekat dengan global fashion, foods, markets dan entertainment trends (Friedmen: 1999). Kecerdikan pemerintahan Singapura membaca perkembangan globalisasi dan bergesernya gaya hidup masyarakat internasional menjadi kesempatan yang bisa menjadikan Singapura sebagai negara dengan perkembangan infrastruktur dan ekonomi tercepat di Asia Tenggara.

Salah satu alasan utama banyaknya para wisatawan yang datang berbelanja adalah karena harganya yang murah. Yaa, bagi mereka yang berasal dari dataran Eropa dan Amerika Utara tentu bisa berkata "murah" karena kurs mereka yang tinggi. In fact, negara-negara di kawasan tersebut juga memiliki GDP yang tinggi. Seperti wawarancara singkat dengan Alex dan Susane dari Swiss, harga di Singapura terhitung lebih murah dibanding dengan negara mereka. Para wisatawan yang datang ke Singapura kebanyakan hanya untuk singgah beberapa hari setelah menyelasaikan urusannya di negara-negara yang bertransit penerbangan di Singapura dan tentunya sambil belanja barang-barang yang mereka inginkan. Lain halnya dengan kita yang datang ke sana, atau mungkin sebagian besara masyarakat Indonesia yang datang ke Singapura. Ke Singapura memang dengan tujuan liburan, rehat dari berbagai macam aktifitas kerja dan mungkin kuliah.  Namun saya masih menyangsikan sebagian besar dari mereka datang untuk shopping  dan mampu membeli tas dengan harga S$ 5.000 or Higher. Instead, kita hanya mencari FO-FO yang memberi sale gede-gedean, yang penting belanjanya di Singapura, Who cares.

Dekat dengan kenyataan
Banyaknya FO yang memberikan harga diskon juga menjadi daya tarik tersendiri. Tapi dari observasi yang kami lakukan, FO yang memberikan diskon adalah yang memjual produk yang tidak begitu mahal. Dalam artian tidak highly branded. Kita tidak menemukan produk-produk seperti Louis Vuitton, Dior, Prada, Zara, Miu Miu, Burberry, BVLGARI memberikan diskon dengan jumlah tertentu bagi para konsumennya. Mungkin sebagai bentuk dari strategi marketing ataupun menjaga kepercayaan para pelanggan setianya, kami juga tidak begitu tahu. Dan kalau kita perhatikan, sangat sedikit sekali dari brand tersebut yang memiliki outlet resmi di Indonesia, mungkin karena memang sedikit sekali masyarkat Indonesia yang mampu membelinya.

Namun produk-produk yang mampu dijangkau oleh masyarakat menengah, sangat banyak memberikan diskon-diskon yang menggiurkan. Let's see, Giordano, yeah, most of us bought hell bunch of Giordanos, Rubi shoes, Cotton On, Levi's, Lacoste, GAP dan banyak lagi. Biasanya produk-produk ini lah yang rame di serbu oleh masyarakat kita. Cewe-Cewe mungkin ga bakal lupa Charles & Keith yang menurut pengamatan saya harganya masih masuk diakal namun masih cukup punya gengsi. In fact, saya melihat  sekelompok orang Indonesia yang berfoto di depan Outlet LV ION dan semuanya membawa Charles & Keith, bloody hell.


Bersambung,,,,