Wednesday, August 11, 2010

Ga usah punya cita-cita, klo ga mw usaha

Sedikit Flahsback ke masa kecil, ketika kecil orang tua, guru, dan orang-orang terdekat sering menanyakan pada kita, "Kalau sudah besar nanti kamu mau jadi apa nak?", dengan semangat dan penuh keyakinan kita menjawab, "Aku mw jadi dokter / Aku mw jadi Pilot / Aku mw jadi Polisi / Aku mw jadi Presiden?" dan lain sebagainya, yang tidak kita sadari kalau ide tersebut berasal dari guru-guru kita di Sekolah Dasar. Walaupun tidak bersifat negatif, tapi juga tidak memberikan pengaruh psikologi positive yang cukup signifikan.

Ketika beranjak remaja, tanpa kita sadari, kita telah berada dalam konstruksi sosial yang cukup berbeda. Yaa, dengan segala bentuk gaya dan popularitas. Kondisi psikologi pada usia remaja kita cendrung mudah terpengaruhi oleh hal-hal yang ada di media. Hasilnya, ketika kita ditanya teman-teman, "Cita-cita lu mw jadi apa?", jawabannya pun akhirnya berubah dari apa yang kita jawab sewaktu ditanya ketika masih duduk di sekolah dasar. Kita menjawab, "Gw pengen jadi anak band / Gw pengen jadi pemain bola / Gw pengen seperti David Beckham / Gw pengen jadi artist, dan lain sebagainya. Yaa, cita-cita masa kecil kita akhirnya tinggal kenangan bukan? Sungguh kasian para orang tua kita, guru, dan orang-orang terdekat yang dengan sukses kita bohongin dengan cita-cita masa kecil kita yang ternyata mendadak berubah ketika kita remaja. 

Dalam usia dewasa, atau masa kuliah,  dengan sedikit kematangan pemikiran, cita-cita masa kecil dan remaja juga terkikis dengan status quo yang ada. Orang tua kembali memberi pertanyaan yang sangat mulia itu dengan penuh harapan dan untaian Do'a. "Mw jadi apa kw nak?", dengan polos kita menjawab, "Ga tw mak, bingung, kuliah juga belom selesai-selesai, nyari kerja susah, para sarjana juga banyak yang jadi pengangguran". Well..well..well, kondisi berubah menjadi semakin buruk.  Dari Dokter / Presiden / Artist / Pemain Bola, sekarang berubah menjadi NIHIL. Durhaka sekali kita sama orang tua, menghancurkan setiap tetes harapan dan doa yang diberikan kepada kita. Aaahh...ternyata kita tidak bisa menjadi anak yang sesuai dengan harapan orang tua, guru, bahkan diri kita sendiri. Haruskah disalahkan ibu yang mengandung? eeuummm... tentu tidak yah? 

Hidup adalah perjuangan, perjuangan untuk kita kembali bernafas dipagi hari ketika mata kembali terbuka.  Perjuangan untuk memenuhi seluruh kebutuhan perut, kebutuhan rohani, hingga materi. Perjuangan menempuh detik-detik yang berjalan untuk membangun cita-cita kita yang suatu saat nanti insyaAllah akan menjadi kenyataan. Dan perjuangan itu tidak pernah mudah, berliku dan berbukit seperti jalan ke rumah saya (heh). Perjuangan merupakan mesin dari cita-cita kita.

Bagi saya, cita-cita sepertinya hanya hayalan yang menjadi motivasi, cita-cita bukan tujuan utama,  tapi tujuan utama saya adalah kesuksesan menjalankan takdir. Yaa, banyak orang yang ga bisa mencapai cita-cita lalu kemudian putus asa. Kita telah punya garis hidup masing-masing, hanya tergantung usaha dan doa kita untuk menentukan akan kan jalan itu tetap licin dan lurus, atau harus berbelok, berbukit dan berlobang.

Hidup ini berputar, seperti bumi yang berotasi dan berevolusi.
Ikhtiar, Do'a dan Ikhlas adalah kunci sukses utama, Tawakkal 'alallah, biar kan Allah yang menentukan masa depan terindah buat kita. 

No comments:

Post a Comment