Saturday, February 6, 2010

Coba itung-itung

Kuliah sepertinya emang barang mahal yang menjadi basic needs manusia dalam mencari ilmu. Apalagi di zaman yang serba edan sekarang, ketika biaya kebutuhan dasar hidup melayang tinggi, biaya kuliah juga ikut loncat-loncatan tinggi. Tapi sekirannya kuliah sudah dianggap sebagai kebutuhan primer manusia. Sudah setara dengan kebutuhan pangan, sandang, dan papan, sehingga mau tak mau, ikhlas gak ikhlas, sanggup tak sanggup, manusia harus tetap berupaya menraihnya.

Polemik lain, lulus kuliah dengan menyandang gelar S-1 bahkan dianggap masih belum cukup untuk menjadi seorang ilmuan ataupun seorang yang intelek. Kata salah satu dosen saya; "hanya akan menjadi tukang fotokopi"...loh??? Sehinnga kita juga dituntut untuk menyambar gelar master bahkan doktor. the good news are, S-2 masih bisa diklasifikasikan sebagai kebutuhan sekunder, S-3 tentunya masih digolongkan kepada kebutuhan tersier. Jadi masih bisa diabaikan.

Kejamnya kapitalisme barat agaknya tidak pernah menciptakan kesetaran ekonomi seperti yang selalu mereka khotbahkan. Malah sebaliknya, semakin membuktikan teori-teori akang Karl Max tentang kelompok proletar dan borjuis yang makin exist dalam dunia modern. Ini juga pastinya mempengaruhi pada gaya hidup masyarakat dunia. Kelompok borjuis, dengan segala macam kekayaan materi dan kekusaan yang mereka miliki, mereka bisa mendapatkan apa saja yang mereka "inginkan". Kedaan yang sangat bertolak terjadi kaum proletar di mana mereka tidak memiliki materi yang cukup, apalagi kekuasaan, dalam memenuhi "kebutuhan" mereka.

Gw highlight kata inginkan dan kebutuhan adalah untuk memperjelas bahwa antara ingin dan butuh sudah memiliki makna yang sangat berbeda. Dalam artian orang borjuis bertindak berdasarkan ke-Ingin-an, berarti bisa memilih. Sedangkan kaum proletar bertindak berdasarkan ke-butuh-an, yang bermakna tidak bisa memilih. make sense?? ntahlah....

Kegagalan pasar modal kapitalis, seperti yang kita lihat beberapa bulan yang lewat, sepertinya menjadi salah satu penyebab seluruh kebutuhan hidup jadi melambung tinggi. Liat di Amerika, kredit macet propertiyreal estate ternyata telah mempengaruhi sistem keuangan domestik bahkan global yang menyebabkan perusahaan kekurangan modal untuk melakukan produksi. Akibatnya, terjadi PHK massal. Domino Effect juga dengan sangat jelas terjadi di sini, wall street yang merupakan pasar saham terbesar internasional, yang memiliki kendali perekonomian sebagian besar negara kapitalis akhirnya ikut menyebarkan krisis domestik Amerika Serikat ke tatan global. Akibatnya, sebagian besar negara yang terkait dengan wall street terutama negara peng-ekspor, mengalami krisis yang tak kalah habatnya dari pada Amerika Serikat.

Krisis Ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998, setelah menjungkirbalikkan ketahanan perekonomian Indonesia. Sebenarnya tidak hanya Indonesia yang mengalami krisis, negara tetangga juga mengalami hal yang sama, tetapi mereka recovery dengan cepat. Indonesia? Dua belas tahun berlalu sepertinya belum memperlihatkan progres yang begitu signifikan. Ya, indonesia memang seperti negara yang KEKURANGAN GIZI, rapuh semenjak terlahir menjadi sebuah negara. Kalah jauh dari Singapore, sang penghianat Asia Tenggara, yang baru merdeka penuh dengan melepaskan diri dari Malayaia pada tahun 1965. Indonesia tidak pernah tumbuh menjadi negara yang kokoh secara politik, ekonomi, maupun ideologi semenjak memproklamirkan kemerdekaannya 17 Agustus 1945. Hal itu jelas diperperah dengan krisis moneter tahun 1998. Indonesia bagaikan ORANG TUA yang dicolong tongkatnya. Lumpuh, terseok-seok untuk kembali bangkit dan berjalan lagi.

naaah....saya sudah mulai bingung mencari main pointnya tulisan ini

Kembali kepermasalahan kuliah. Akibat krisis yang terjadi di negara kita yang tercinta ini. Harga melambung tinggi. Tingkat inflasi tahun 1998 mencapai 58.0%. Angka yang sungguh GILA. Itu artinya, barang yang kita butuhkan harganya naik 58% dan nilai tukar mata uang turun 58% terhadap suatu komoditi. Naiknya harga kebutuhan manusia tentu juga akan meningkatkan harga segala bentuk penjualan dan pelayanan yang diberikan oleh masyarakat. Guna menciptakan keseimbangan antara income dan outcome, baik individu, rumah tangga, perusahaan, insntansi, hingga negara.

Tidak terkecuali biaya kuliah yang kita bayarkan. Kuliah yang telah menjadi kebutuhan dasar manusia, juga mengalami penaikan berbagai bentuk biaya, baik SPP atau pun Biaya pembangunannya. Dan hal yang juga sangat perlu difikirkan adalah biaya Operasional yang tentu juga mengalami kenaikan harga. Diantaranya, Biaya kosan, Makan per hari, Ongkos Angkot, Tagihan internet/warnet, Beli buku, Fotokopi bahan-bahan kuliah, Pulsa (apalagi yang punya pacar), Nonton, Konkow-konkow bersama teman. Semuanya tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Apalagi harganya sudah melambung seperti layang-layang ketika Indonesia dilanda krisis yang tak kunjung sembuh.

Yaa, sebenarnya gw mau coba itung-itung biaya kuliah yang telah dikeluarkan selam 2,5 tahun kuliah ini. Bisa juga dipakai sebagai salah satu contoh kasusnya. Mmm...mungkin masih bisa dibilang murah dibanding Universitas-Universitas Swasta, atau pun Universitas Negeri yang sudah berstatus BHP.

start dari awal:
Transport Padang-Bandung: 2jt (brhubung ma orang tua)
Pengurusan SPP dan Pembangunan: 5jtu (angka pastinya lupa, tapi skitar sgitu)
Biaya operasional @bulan; 1jt (1x30 bulan); 30jt
SPP smster 2,3,4,5,6: semester genap @ 900rb(x3)+ smester ganjil @1jt (x2)= 5,7 jt
SP 2x; 1jt
Biaya kos: @tahun; 2jt x 3; 6jt
Peralatan; (Laptop, speaker, tv, lemari, kasur): 13, 5 jt
Biaya mudik; 5 kali mudik; 10 penerbangan, ambil rata @700rbx10; 7 jt
Biaya tak terduga (tambahan operasional): 3jt
Total: 73.200.000,-

Mmm...itu baru sparoh jalan kuliah gw, apalagi sampai tamat...(mudah2an ga molor, amin). Angka yang sangat fantastis. Belum lagi kalau masuk dengan tes UM, yang pasti biaya Pembangunan nya lebih mahal. Apalagi Universitas-Universitas swasta yang menerapkan pembayaran SPP berdasarkan hitungan SKS. Gw yakin, angkanya akan berlipat hingga sepuluh kali lipat.

Bagaikan belanja di toko. Setiap barang memiliki kualitasnya masing-masing. Mulai dari Ori, Kw-1, Kw-2, murah, hingga murahan, jurusan yang kita pilih dalam kuliah juga menerapkan sistem yang serupa. Makin bagus kualitasnya, makin banyak peminatnya, maka akan semakin mahal juga harganya. Jangan pernah berfikir kalau SPP FK akan sama dengan SPP KS (kesejahteraan sosial, bagi yang tidak tau).

No comments:

Post a Comment