Wednesday, June 29, 2011

Penjara suci itu disebut pesantren! E. 2

Banyak kalangan masyarakat yang melihat pesantren sebangai bengkel. Bengkel bagi anak-anak bandel yang orang tuanya tidak lagi sanggup mendidiknya di rumah. Pandangan yang sangat picik menurut ane. Ini anak terkadang malah jadi tambah rebel, dan racun bagi teman-temannya, namun ada juga yang kemudian berhasil sesuai dengan yang diharapkan. Sebaliknya banyak juga anak-anak yang masuk pesantren bukan karena bandel, tapi memang karena ingin belajar agama lebih komprehensif. Kalau ane? sungguh ga jelas. Ga punya motivasi apa-apa sama sekali, cuma hanya ingin melihat "senyum" di wajah kedua orang tua ane. Karena memang pada dasarnya orang tua ane yang ingin ane masuk pesantren. Atau mungkin karena orang tua ane tidak sanggup mendidik ane? ooo tidak, katanya sih, biar ane bisa jadi Ustazd, tapi it totally didn't work that way, i've chosen my one way. haha.

Dibedakan dari santrinya, ada pesantren yang khusus laki-laki, ada pesantren yang khusus perempuan, dan ada juga yang campur, campur bukan artian membaur seperti di sekolah umum dan asramanya juga campur, bukan, bahaya men. Secara tata ruang mereka masih di batasi, di sekat atau gimana, namun ada waktu-waktunya mereka bisa berinteraksi.

Pesantren Moden Terpadu Prof. DR. Hamka. Itu nama pesantren ane dulu gan. Tempat di mana 6 tahun masa muda ane, ane jalani. Pesantren khusus Pria.  Enam tahun tanpa remaja-remaja putri, could you imagine how bored it was? makanya sekarang ane bales dendam, ane kuliah di Bandung, tempat bernaungnya neng-neng geulis. haha kidding coy.

Hidup di pesantren tidak seburuk yang dibayangkan, buktinya, tamat SMP dari pesantren, ane ngelanjutin SMA di Pesantren yang sama, tentu bukan tanpa pertimbangan, karena nilai ane jelek dan tidak bisa diterima di SMA Favorit? Sorry coy, nilai ane fanstastic, for real, bukan buat nyombong. Pertimbangan pertama adalah karena ane ingin menyelamatkan masa remaja ane dari keterpurukan, what? okay, we'll get that later.

Kebayang ga man, tamat SD, ketika kita merasa masih unyu-unyu nya, baru saja beranjak ke masa puberitas, kalau cewek mungkin saja they just got their first period, sedang asiknya bermain, namun harus  tinggal di tempat yang layaknya penjara (suci)? di pagar tembok tinggi, hidup dengan orang yang belum kita kenal bahkan belum pernah bertemu sama sekali. Mengurus diri sendiri, mencuci baju, mengontrol duit jajan, menyiapkan peralatan sekolah. Jauh dari keluarga, kebayang ketika kita sedang bergelut dengan berbagai macam disiplin dan aturan. Jauh di rumah sana, saudara kita, kakak, adik dan keluarga sedang makan malam bersama, liburan, menikmati segala bentuk kemanjaan yang ada. Kebayang tidak ketika hari pertama masuk pesantren, melihat keluarga kita pergi dan kita ditinggal sendirian, seperti di film-film, suatu perpisahan yang penuh dengan air mata. Welcome to next three years of living.

Malam pertama di pesantren, yakinlah ini malam yang penuh air mata, sangat paradoks dengan malam pengantin pastinya. Biasanya kita tidur di kamar sendiri, kasur empuk, dan dalam kehangatan suasana keluarga yang tidak pernah kita sadari hingga kita berpisah dengan mereka. Di asrama, tempat tidur bertingkat, satu kamar bisa berisi sampai 40 orang, kasurnya biasa aja, lemarinya kecil, satu pintu dan di sana harus cukup menampung semua pakaian, buku sekolah dan harta benda kita lainnya. 

Bangun jam 4.30 WIB itu susah kawan. Apalagi dengan situasi di mana kita harus berjalan sekian ratus meter ke mesjid untuk sholat subuh. Ketika baru menjadi santri, waktu subuh ini sangat bikin jengkel, susah beradaptasi. Jujur ane pernah nangis waktu mau sholat subuh karena tidak tahan dengan kondisi disiplinnya. Tidak boleh tidak bangun. Di samping itu, sebenarnya banyak kejadian lucu di waktu subuh. Ada yang jalan ke mesjidnya sambil merem, ada yang taking short sleep di kamar mandi, ada yang bangunnya harus diguyur. Di waktu sholat, ada yang tidak kembali dari sujud, ada yang tak pernah mengucapkan salam stelah tahiyaat, ada yang hampir tumbang ketika khatib baca ayat kepanjangan, karena mereka pada ketiduran. Paling seneng kalau ustazd yang jadi imam subuh suka memberi ceramah setelah sholat berjamaah, karena itu berarti kita bisa menambah tidur, kalau langsung bubar dan balik ke asrama, kegiatan tadarrus dan setoran hafalan telah menunggu.

Bersambung...
I'll catch up later...

No comments:

Post a Comment