Wednesday, October 26, 2011

Horrorisme di Tidung! Part 2

Dasar emang bakcpacker gembel, ga mau rugi, dan harus liburan dengan seirit-iritnya biaya. Dari awal berangkat kita memang sudah berencana untuk tidak menginap di home stay, tapi ternyata tidak sesimple yang kita bayangkan. Ceritanya berjalan horror. Itu berawal dari setelah kami beres sholat maghrib.

Di dekat jembatan cinta, antara P. Tidung besar dan P. Tidung kecil, ada Mushollah yang kebetulan baru selesai dibangun ketika saya ke sana. Jadilah Musholla jadi base camp dadakan saya dan teman-teman. Mulai dari sholat, sekedar leyeh-leyeh, recharde hp, bersih-bersih, hingga mandi. Yang pasti semua bisa dinikmati secara gratis dan otomatis menghemat biaya. Setelah selesai Sholat Isya, kita jalan ke daerah pemukiman, naik sepeda, rencana untuk nyari lilin, lotion anti nyamuk, dan tali untuk jemuran.

Di jalan kita bertemu bapak-bapak yang bilang kalau selama dua puluh tahun tinggal di Tidung, dia belum pernah digigit nyamuk. Lebay sih, tapi mungkin karena begitu bersihnya pulau itu dari nyamuk.  Nemu warung dan belanja. Si ibuk warung bercerita kalau memang mau bikin tenda di deket jembatan, mesti kudu izin dulu sama "penghuni" tempat. Soalnya tidak lama sebelum itu, ada orang yang melihat penampakan di sekitar jembatan. *jleb*.

Siapa yang ga gentar kalau mendengar cerita dan peringatan kayak gitu? Walaupun panik, namun ga kehilangan akal. Perjalanan ini tetap harus dibikin maha irit. Setelah konsultasi dengan CP dan beberapa masyarakat di sana, akhirnya kita untuk memutuskn nenda di dermaga. Buat yang udah pernah ke tidung mungkin tau dermagannya di mana dan seperti apa. Nah kita nenda pas di samping kanan kantor dermaganya.

Cuaca pantai memang sering kali ga jelas. Kita badai yang cukup gede ketika memasang tenda, sehingga cukup kerepotan karena diterbangin angin. Tenda beres, tiba-tiba cuaca bagus dan langit berbintang. Nah ini mungkin akan sangat romantsi, duduk di kapal melihat langit cerah dan berbintang, dengan pasangan. Apesnya, kita jomblo semua. Tapi cukup lumayan untuk menggalau bareng.

Tenda yang sempit hanya cukup untuk dua orang, ya pastilah dua temen cewek saya yang tidur di tenda. Saya dan gigih tidur di luar, yang langsung melihat ke langit. Awalnya sih tidak ada masalah sampai akhirnya kita dibangunkan oleh hujan yang langsung mengguyur muka. Gimana bisa tidur kalau sambil mandi hujan? Akhirnya cuma nyempil di bawah atap yang paling sepanjang setengah meter di samping kantor dermaga. Yang penting ga langsung kena air langsung dari langit. Awal nya sih si bapak CP kita udah nawarin untuk tinggal di homestay, paling dapet dengan harga 200rb semalam dan tinggal dibagi empat. Tapi kami tetep kekeuh dengan cara kami sendiri. Emang dasar mahasiswa kere.

Subuh masuk, kita balik ke Mushola, sholat dan menikmati sunrise di Jembatan Cinta. Seperti di tempat lain juga, sunrise di mana-mana bagus, nggak kecuali di Tidung. Siangnya kita snorkling ke beberapa spot dan balik ke M. Angke dari P. Pramuka. Snorkling di Tidung, untuk pemula sih asik-asik aja, tapi sayangnya, terumbu karangnya sudah banyak yang rusak karena para guide yang suka buang jangkar sembarangan. Jadinya kita sendiri yang merusak alam dan pariwisata kita sendiri. Sedih sekali yah!

2 comments:

  1. bro sorry nih numpang tanya.. klo backpaker ke tidung kira2 total berapa ya smua biayanya???

    mkasih

    ReplyDelete
  2. Kalau include homestay dan snorkling sekitar 200rb-300rb, tergantung nego dan jumlah orang, tapi kalau exclude, bisa kurang dari 150rb. Hitungan budget start dari angke yah.

    ReplyDelete