Monday, October 31, 2011

Komodo dalam New7Wonders cuma temporary

Dukung P. Komodo untuk menjadi New7Wonders dangan mengirim SMSke 9818. Tarif Rp. 1 per SMS. Kurang lebih begitu iklan yang disampaikan oleh berbagai media masa akhir-akhir ini. Secara pribadi, menurut saya ini agak picik, karena meminta voting yang subjektif dari masyarakat Indonesia. Tentu saja Indonesia berupa semaksimal mungkin meminta dukungan masyarakat Indonesia dengan populasi yang mencapai 240 juta jiwa. Seakan menyanjung diri sendiri. Lagian tidak semua voter yang mengerti kenapa mereka harus mendukung Taman Nasional Komodo menjadi New7Wonders.  

Tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi mengapa Komodo kembali menjadi nominee dalam New7Wonders setelah Indonesia menarik diri pada awal tahun ini, karena harus membayarkan uang US$ 45 juta ke Yayasan New7Wonders. Pastinya, sekarang pemerintah menggalang kampanye agar masyarakat memberikan dukungan demi meloloskan "proyek" ini.

Saya pribadi tidak menolak atau pun mendukung kampanye ini. Dengan berbagai pertimbangan. Tidak lebih ini hanya mengkapitaliskan pariwisata-pariwisata dari berbagai negara yang ikut serta. Yang mutlak diuntungkan pastinya Yayasan New7Wonders. Karena faktanya New7Wonders hanya lembaga swasta yang tidak berwenang di bawah UNESCO.

Positifnya, kalau memang Komodo masuk dalam New7Wonders tentu ini akan jadi marketing yang sangat luar biasa bagi pariwisata Indonesia, khususnya di Taman Nasional Komodo. Namun tidak berarti harus menjadi salah satu New7Wonders untuk memajukan pariwisata Taman Nasional Komodo. Banyak hal yang lebih krusial dari hanya sekedar periklanan melalui Yayasan New 7 Wonders. Dan sebenarnya UNESCO juga telah menetapkan Taman Nasional Komodo sebagai salah satu World Heritage pada tahun 1986.

Saya melihat bahwa perlindungan terhadap kelangsungan hidup hewan langka ini jauh lebih penting dari sekedar popularitas. Kalau Komodo bisa bicara, mungkin mereka akan bilang : "Saya tidak peduli dengan 7 keajaiban dunia, yang penting lindungi saya dari kepunahan". Survey  menunjukkan kalau populasi komodo semakin berkurang, tersisa sekitar tiga ribu ekor di P. Komodo. Itu diakibatkan oleh makin terbatasnya bahan makanan dan kebakaran hutan.

Dengan hanya menjadi nominee New7Wonders itu sudah cukup memperkenalkan Taman Nasional Komodo ke dunia internasional. Tidak mesti menang, karena yang lebih penting adalah memperbaiki pariwisata Indonesia itu sendiri. Perbaiki Infrastruktur, sistem informasi dan transportasi, penuhi kebutuhan hospitality, dan packaging pariwisata Indonesia.

Semakin ke timur, Indonesia semakin minim pembangunan. Seolah sudah menjadi aib kita bersama. Padahal banyak sekali potensi pariwisata yang bisa dikembangkan di bagian Timur Indonesia. Sayangnya pemerintah tidak terlalu punya perhatian untuk menggiatkan pembangunan infrastrukturnya, sehingga para touris baik dari dalam maupun luar negeri jadi urung untuk datang.  Biaya transportasi juga relatif mahal. Taman Nasional Komodo juga minim akan pembangunan. 

Saya berharap dengan masuknya Taman Nasional Komodo sebagai salah satu nominee New7Wonders bisa mendokrak popularitas dan jumlah turis yang datang ke TN Komodo. Dan yang lebih penting adalah pemerintah perlu memperbaiki packaging pariwisata Indonesia, khususnya TN Komodo di sini. Percuma kalau tourist datang namun mereka tidak mendapatkan kenyaman dan kemudahan dalam kunjungan mereka. Sehingga promosi dari mulut ke mulut sulit terjadi, kecil juga kemungkinan mereka akan datang kembali berkunjung. Selain itu, pemerintah juga perlu melakukan improvisasi dalam pariwisata Indonesia. Mungkin dengan dengan membuat paket wisata yang dikelola resmi oleh pemerintah ataupun bergabung dengan lembaga swasta yang mengekslporasi berbagai keanekaragaman budaya dan  kekayaan alam Indonesia.

No comments:

Post a Comment